Setelah Sunyi Ramadhan_Puisi Refleksi Akhir Ramadhan
- Rabu, 02 April 2025
- Administrator
- 0 komentar
 
      
      
Ramadhan telah pergi— seperti gerimis yang jatuh tanpa suara, meninggalkan sisa wangi tanah, dan kita, masih di sini, merenungi jejak-jejak yang tak selalu terlihat.
Kita telah belajar menahan lapar, bukan sekadar tentang perut yang kosong, tapi tentang hati yang tak lagi rakus, tentang keinginan yang dipeluk sunyi, tentang nafsu yang akhirnya tahu, bahwa ia tak harus selalu menang.
Mata telah kita ajari untuk tak melahap segala yang berkilau, telinga telah kita bisikkan untuk tak terbujuk suara dunia, mulut telah kita tenangkan dari kata-kata yang menyakiti, hidung telah kita biarkan mengeja kesederhanaan, dan tubuh, telah kita jaga seperti doa yang dijaga malam.
Ramadhan mengajarkan kita bahwa kehilangan tak selalu berarti kehampaan, seperti langit yang tak pernah jatuh mencium bumi, namun tetap menaungi dengan kasih yang tak terlihat.
Kini, setelah Ramadhan pergi, ujian datang dalam bentuk yang lebih sunyi— bukan lapar, bukan dahaga, tapi keinginan yang berbisik perlahan, mengajak kita kembali kepada diri yang dulu.
Mampukah kita tetap bertahan? Seperti angin yang selalu tahu ke mana ia harus berhembus, seperti daun yang jatuh, tanpa bertanya mengapa. (z)
 
         
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
    