Pesantren, Malam dan Aku yang Diam
- Jum'at, 04 April 2025
- Administrator
- 0 komentar
 
      
      Di beranda pondok, aku termenung,
Malam merayap dalam dingin yang merundung.
Angin membawa rindu yang tak tersampaikan,
Pada rumah, pada ibu, pada dunia yang kutinggalkan.
Asrama pesantren sunyi dalam gelap,
Hanya suara ngaji yang lirih meratap.
Pak Kyai menasihati dengan lembut,
Namun hatiku masih terasa sempit dan semu.
Pembimbing asrama menatap penuh pengertian,
Mungkin ia tahu, aku sedang melawan kerinduan.
Setoran hafalan dengan suara bergetar,
Mengeja ayat, menahan air mata yang hampir tumpah.
Di masjid, sajadah basah oleh bisik doa,
Memohon hati ini kuat menerima.
Ngaji kitab kuning, huruf-huruf berbaris rapi,
Namun benakku terisi wajah-wajah yang kunanti.
Persahabatan menjadi penguat,
Tapi sepi tak juga beranjak.
Di balik senyum, ada rindu yang pedih,
Pada rumah, pada masa yang perlahan memudar.
Namun aku sadar, jalan ini kupilih,
Sepi adalah teman bagi yang mencari ilmu.
Rindu yang menikam harus kupeluk,
Sebab di sini, aku sedang belajar menuju cahaya. (z)
 
         
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
                   
    